Kiprah Tim Building Information Modeling (BIM) PUPR terus bergerak maju. Setelah menghelat tiga kali kegiatan pelatihan dasar untuk beberapa ASN yang tergabung di dalam Tim BIM PUPR, kini giliran BPSDM yang menyatakan komitmennya dalam mendukung mimpi mem-BIM-kan Indonesia. Sebagai unit organisasi yang bertanggung jawab mengembangkan kemampuan ASN PUPR, BPSDM sedang menyusun kurikulum yang berisi tentang materi pelatihan perencanaan konstruksi berbasiskan BIM.
Sebagai langkah awal, BPSDM menyelenggarakan FGD 1 Draft Kurikulum dan Pokok-Pokok Materi Pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM di Jakarta (31/5). Selain mengundang Tim BIM PUPR yang diwakili diantaranya oleh Adji Krisbandono, Martalia Isnaeni, Anjar Pramularsih, Achmad Irsan, Amy Rachmadani, BPSDM juga turut mengundang PT PP sebagai salah satu BUMN yang sudah banyak menerapkan BIM di Indonesia, yang diwakili oleh Wawan Setiawan.
Pada kesempatan tersebut, diskusi dibuka oleh Anwar dari Pusdiklat Sumber Daya Air dan Konstruksi yang menyatakan harapannya agar penyusunan kurikulum ini tidak semata-mata mendukung pengoperasian BIM saja. Akan lebih menarik apabila Tim PUPR bisa masuk ke ranah yang lebih krusial lagi.
“Namun lebih dari itu juga, BIM bisa masuk pada level kebijakan. Hal ini diharapkan akan mendukung implementasi BIM secara menyeluruh mulai dari sisi regulator sampai kepada ASN PUPR yang bersinggungan langsung dengan proyek infrastruktur di lapangan,” ujar Anwar.
Selanjutnya, Achmad Irsan, yang juga dikenal aktif di Institut BIM Indonesia, menyampaikan bahwa dua elemen penting yang mampu mempercepat implementasi BIM yakni sisi implementasi yang berisi unsur regulator (Kementerian PUPR dan Pemda), pelaku industri (pengembang, kontraktor serta perencana), dan institusi pendidikan. Selain implementasi, sisi supporting docs juga jadi elemen penting.
“Sisi implementasi berarti kita membicarakan beberapa unsur, namun saya paling menyoroti adalah unsur pertama yakni sisi regulator. Dalam hal ini sinkronisasi, terutama di dalam internal Kementerian PUPR, bisa terus dijaga dan setiap unit tidak berjalan sendiri-sendiri,” tandas Irsan.
Dalam FGD itu juga muncul beberapa masukan untuk memperkuat kurikulum yang akan dibuat oleh BPSDM. Yang pertama dari Wawan Setiawan dari PT PP. Pria yang berkutat pada pengembangan BIM itu menginginkan agar selain diklat, para peserta kelak akan dibekali tugas project assignment.
“Sangat penting bagi peserta untuk terus bersentuhan dengan BIM. Oleh karena itu, saya harapkan setelah diklat berakhir, para peserta bisa diberi project assignment yang dibawa pulang ke tempat kerja masing-masing. Hal ini sekaligus untuk menguji coba bagaimana kolaborasi BIM bisa terjalin ketika para ASN PUPR berada di tempat yang berbeda-beda,” kata Wawan.
Selanjutnya, Adji Krisbandono, anggota Tim BIM PUPR dari Balitbang PUPR, menyoroti bahwa atribut yang perlu dimiliki oleh ASN PUPR bukan hanya soal substansi, melainkan juga perlu dibekali kemampuan berkomunikasi dengan stakeholder BIM lainnya.
“Skill komunikasi merupakan hal yang wajib. Karena ketika seorang ASN telah mampu mengoperasikan BIM dengan baik, hal kemudian yang paling penting adalah mengomunikasikannya kepada stakeholder lain agar kolaborasi antar pelaku industri konstruksi mampu tercipta. Selain itu, kompromi antar stakeholder juga hal yang cukup krusial untuk dipadukan. Dan hal ini hanya bisa terlaksana apabila ASN PUPR sebagai owner bisa menguasai kemampuan komunikasi dengan baik,” terang Adji.
Rangkaian diskusi FGD Draft Kurikulum dan Pokok-Pokok Materi Pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM tidak hanya berhenti pada kesempatan itu saja. Selanjutnya, BPSDM akan menghelat FGD seri II yang akan semakin mematangkan isi materi pelatihan BIM bagi ASN PUPR sebelum akan diujicobakan di balai-balai diklat yang dimiliki Kementerian PUPR. (gal)