#WebinarSeriesDay2 Tingkatkan Daya Saing Lewat BIM, Adhi Karya Harapkan Kolaborasi Aktif dari Owner12 Mei 2020 | Dibaca 3903 kali

JAKARTA - Pada webinar series yang dimotori oleh Balai Penerapan Teknologi Konstruksi, Ditjen Bina Konstruksi, Kementerian PUPR kali ini mengundang PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. pada Selasa (12/5) untuk sharing penerapan BIM pada Proyek LRT Long Span Dukuh Atas. Nurkholid Widyapraja atau biasa disapa I’id selaku BIM Manager PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. menjelaskan di awal paparannya bahwa BIM ini merupakan bagian dari transformasi Adhi menuju perusahaan pelat merah yang lebih berdaya saing.

Setidaknya terdapat 3 (tiga) aspek yang menjadi fokus utama, yaitu (1) Process and Policy; (2) People and Behaviour; dan (3) Technology. Process and Policy, berarti sasaran dan area penerapan BIM harus ditetapkan, tersusunnya BIM Execution Plan, workflow, BIM Process Manual yang terintegrasi dengan Manual Konstruksi Adhi, dst. Sedangkan dari aspek People and Behaviour, I’id menegaskan pentingnya struktur manajemen BIM pada level proyek, disamping kompetensi BIM engineer yang senantiasa di-upgrade. Dan dari aspek Technology, infrastruktur yang memadai untuk diterapkannya BIM juga harus dipersiapkan, seperti misalnya, BIM platform, database/BIM library, dst.

Sudah banyak sekali proyek Adhi yang menerapkan BIM, beberapa diantaranya yaitu Stadion Manahan, LRT, Terminal Bandara Soekarno Hatta, dsb. Dan pada kesempatan ini, proyek yang akan dibahas adalah Proyek LRT Long Span Dukuh Atas. Ujang Ramdan, sebagai Project Manager menjelaskan lebih lanjut bahwa BIM memberikan banyak manfaat pada project-nya, antara lain, mempermudah orang dengan background non-teknik untuk mampu memahami permasalahan di lapangan, menginvestigasi sekaligus melakukan simulasi aplikasi di lapangan agar lebih cepat dan mengurangi perubahan desain selama konstruksi, mempercepat pengambilan keputusan ketika ada permasalahan di lapangan (seperti, relokasi utilitas, perubahan konfigurasi bored pile, perubahan bentuk pile cap, dll), serta mengidentifikasi konflik (clash detection) antara struktur dengan utilitas eksisting yang ada.

Pada sesi tanya jawab, I’id kembali menegaskan bahwa agar penerapan BIM dapat lebih terasa manfaatnya, akan lebih baik jika Owner juga terlibat secara aktif dalam setiap prosesnya. Memberikan akun untuk Owner dalam platform kolaborasi BIM, misalnya, akan semakin mempercepat proses pengambilan keputusan. Selain itu, I’id juga mengapresiasi peran Board of Directors (BOD) yang mewajibkan implementasi BIM pada level project. Dengan adanya budaya BIM secara top – down dari direksi sampai level mandor, kemudian bagaimana Work Breakdown Structure (WBS) bisa diintegrasikan dengan BIM 4D agar konsisten dengan kodifikasi, dst merupakan prasyarat penting implementasi BIM di Adhi. (adj)