Teknologi merupakan hal yang tak
terbantahkan di era sekarang ini. Sejatinya, kehadiran teknologi akan membantu
pekerjaan yang kita lakukan menjadi lebih mudah, tak terkecuali di sektor
konstruksi. Pembaharuan teknologi di sektor konstruksi salah satunya ditandai dengan
munculnya Building Information Modelling (BIM). Banyak terminologi
terkait BIM, namun pada intinya BIM merupakan digitalisasi di industri
konstruksi. Kementerian PUPR sebagai regulator di sektor konstruksi memiliki
tanggung jawab untuk melakukan pelatihan konstruksi. Melalui Balai Penerapan Teknologi
Konstruksi (PTK), Kementerian PUPR sudah memiliki banyak alumni dan jejaring
yang tercipta dari berbagai macam pelatihan yang sudah dilakukan beberapa tahun
belakangan.
“Sudah banyak sekali pelatihan
yang kita lakukan dalam bentuk Training of Trainer di beberapa penjuru.
Dan sudah beberapa bulan terakhir sangat intens mengadakan webinar
dengan para provider. Pelaksanaan webinar tersebut merupakan salah satu wujud
dari penerapan teknologi 4.0 yang ada di sekitar kita, termasuk webinar antara
Balai PTK dan Brantas Abipraya,” ujar Kepala Balai Penerapan Teknologi
Konstruksi Cakra Nagara saat membuka webinar “Sharing Session Penerapan
BIM di Proyek Rusun Ujung Menteng dan Gedung LPPNI Airnav by PT. Brantas
Abipraya (Persero)” pada Senin (11/5).
Cakra juga menuturkan bahwa saat
ini pembelajaran terkait BIM tengah diupayakan masuk ke dalam Silabus perkuliahan
berjumlah dua SKS di Perguruan Tinggi. Hal ini penting karena menyikapi
kemajuan era seperti sekarang ini, para fresh graduate perlu dibekali kemampuan
BIM. Hal ini juga sejalan dengan fakta bahwa banyak lowongan terkait konstruksi
yang membutuhkan skill BIM. Selain terkait kemampuan teknis, BIM juga mengajarkan
kita semua untuk dapat berpikir kompleks dan selalu mengedepankan kolaborasi. Harapan
akhirnya tentu adalah bagaimana kita dapat membangun dengan lebih efektif dan
efisien.
Berikutnya, Mustafa Nahdi, General
Manager Divisi 1 Abipraya mengungkapkan bahwa pemanfaatan BIM sangat menarik bagi
kontraktor. Beberapa studi luar juga telah membuktikan bahwa kegunaan BIM dapat
dirasakan baik itu dari pihak owner maupun dari kontraktor.
“Sejak awal kita sudah bisa tau clash
sehingga tidak ada rework pada saat nantinya fase konstruksi.
Otomatis hal ini menjadi sangat menarik bagi kontraktor, karena akan
meningkatkan efisiensi dari segi time maupun cost. Yang terpenting
mungkin jangan terjebak atau terpaku pada software BIM-nya, namun kita harus
lebih fokus pada pemanfaatannya pada proyek kita,” kata Mustafa.
Berikutnya, moderator webinar Rezza
Munawir Manik dari Balai Penerapan Teknologi Konstruksi memberikan kesempatan
kepada BIM Specialist PT. Brantas Abipraya,Aminuddin Azis. Pada kesempatan tersebut,
Azis akan menyampaikan proyek pembangunan kantor PT Perum Lembaga Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNI) atau AirNav Indonesia dan
pembangunan Rumah Susun Ujung Menteng.
Saat membuka diskusi, Azis
mengungkapkan bahwa semangat di Abipraya terkait BIM adalah bukan untuk
menciptakan “Superman” melainkan “Super Team”. Hal ini karena ekosistem pada
BIM sangat banyak, jadi tidak mungkin semua hal tersebut dikuasai oleh satu
orang saja.
“Kita bisa bekerja cepat sendirian,
namun Ketika ingin berjalan jauh, kita harus melakukannya Bersama-sama. Saya
berikan contoh bahwa seorang Sir Alex Ferguson tentu tidak bisa sehebat
Cristiano Ronaldo saat menjadi pemain. Begitu juga sebaliknya, seorang
Cristiano belum tentu bisa sebagus Sir Alex Ketika melatih. Hal ini membuktikan
bahwa setiap orang memiliki keahliannya masing-masing yang dapat membawa kita
berjalan bersama ke depan.”
“Abipraya coba menyelaraskan BIM dengan
ISO 19650 agar mendapatkan manfaat yang optimal dalam implementasinya. Dengan BIM
kita akan lebih memfokuskan effort di depan, dan seiring waktu ke depan,
kita tinggal menjalankan rencana BIM kalau ada perubahan mungkin sifatnya hanya
minor saja,” tandas Azis.
Azis kemudian menerangkan bahwa
proyek pembangunan kantor PT LPPNI atau AirNav Indonesia dan pembangunan Rumah
Susun Ujung Menteng merupakan dua contoh proyek yang berbeda dalam
pelaksanaannya.
“Untuk proyek AirNav Indonesia
merupakan proyek yang bersifat Design-Bid-Build, sedangkan untuk Rumah Susun Ujung
Menteng merupakan jenis proyek yang Design and Build. Beberapa hal yang menjadi
pembelajaran pada pengalaman tersebut adalah, sangatlah penting untuk setiap stakeholder
memiliki semangat pemanfaatan BIM. Dan hal ini harus juga ditunjang dengan
regulasi yang tepat,” ujar Azis.
Dukungan top management juga
merupakan hal yang mutlak dalam implementasi BIM. Dalam hal ini, Abipraya bahkan
memiliki BIM Task Force di setiap divisi yang membuat kemungkinan
adaptasi terhadap perubahan dapat dengan mudah dilakukan. (gal)