Mengusung
tema ‘Work Smarter with BIM Collaboration’,
seminar yang diselenggarakan atas hasil kerjasama antara APPLICAD Indonesia dan
ARCHILANTIS pada hari Selasa (27/8) di Auditorium Perpustakaan Nasional, sukses
menghadirkan para professional BIM di Indonesia untuk membahas platform
kolaborasi yang ada pada software BIM, khususnya pada fase desain dan bagaimana
proses integrasi dengan software lainnya.
Hadir
sebagai keynote speaker mewakili
Kepala Badan Litbang PUPR, Adji Krisbandono (Kasubid Kajian Kebijakan, Puslitbang
KPT), dan Kharis Alfi (Ketua Institut BIM Indonesia, BIM Manager PT Waskita
Karya). Pada sesi selanjutnya, hadir pula beberapa praktisi BIM, seperti Ahmad
Shiddiq (Founder & BIM Profesional dari SKALA Akademi dan Attaya Arsitek),
Arddhanu Zunanto Hadhi (BIM Coordinator Wika Gedung), dan Amy Rachmadhani
Widyastuti (PDW Architects). Mereka menyampaikan bahwa penggunaan BIM di Indonesia
sudah tertinggal dari negara-negara tetangga (Singapura, Malaysia, Vietnam, dan
Thailand). Meskipun demikian, dengan adanya dukungan kebijakan dari Kementerian
PUPR dalam bentuk regulasi BIM, rencana dibentuknya Komite BIM di tingkat nasional
oleh Bappenas, dan lain-lain, diharapkan dapat meningkatkan antusiasme para
profesional di bidang arsitektur, engineering, dan konstruksi (AEC) untuk
memulai menggunakan dan menerapkan teknologi BIM pada setiap proyeknya.
Disampaikan
juga bahwa saat ini, secara luas di dunia, BIM telah mendapatkan popularitasnya
dengan dukungan hadirnya trend teknologi-teknologi terkini, diantaranya yaitu
konsep simulasi 4D, 5D hingga 7D; Internet
of Things (IoT); 3D Laser Scans &
Drones; 3D Printing; Mobile Cloud Applications; Mix Reality; Open BIM Collaboration, dan lain-lain. Teknologi tersebut dapat
membantu para arsitek dan kontraktor dalam mengoptimalkan rancangan desain dan
eksplorasi kreatifitas yang lebih luas lagi. Selain itu, dengan kemampuan
platform data (IFC & BCF) yang dimilikinya, juga dapat memudahkan proses
komunikasi antara arsitek dan kontraktor dalam meminimalisir adanya misinformasi,
miskomunikasi, yang berakibat pada kesalahan/kegagalan konstruksi.
Pada
intinya, perubahan yang terjadi secara global telah menghadirkan kesempatan
bagi arsitek, insinyur dan kontraktor untuk memperbarui perangkat bisnisnya dan
mengadopsi perangkat serta alur kerja yang baru. Melalui penggunaan BIM ini,
Tim AEC juga dapat secara bersama-sama mengatasi
tantangan desain yang kompleks, mendirikan bangunan gedung yang berkualitas
tinggi, serta proyek-proyek infrastruktur dengan lebih cerdas, cepat, serta
biaya yang lebih efisien. Tentu saja, nilai tambah keahlian BIM yang
dimiliki oleh arsitek, insinyur dan kontraktor tersebut dapat meningkatkan daya
saing dan jual mereka. (Zia)