Berbicara dalam acara
PUPR Expo 4.0 pada hari Jumat, 1 Maret 2019, Iwan Suprijanto, Kepala Pusat
Pengembangan Sarana Prasarana Pendidikan, Olahraga dan Pasar, Direktorat
Jenderal Cipta Karya membahas pentingnya BIM dalam mendukung pembangunan
infrastruktur, khususnya dalam bidang cipta karya. Pada kesempatan tersebut ia menjelaskan bahwa
pembangunan infrastruktur bidang cipta karya lokasinya tersebar di berbagai
daerah, dan
akan membutuhkan biaya yang besar jika harus ditinjau satu persatu di lokasi
pekerjaan. Tetapi dengan adanya BIM maka monitoring
pekerjaan dapat dilakukan dari manapun sehingga akan meningkatkan efisiensi
waktu,
sekaligus mengurangi biaya untuk perjalanan dinas.
Iwan juga menambahkan bahwa
penggunaan teknologi BIM juga akan sangat berguna dalam menghadapi tantangan
yang ada pada saat ini, yaitu zero
tolerance for erros, time constraint,
high precision,
serta big responsibility. Lebih
lanjut,
pada kesempatan ini dijelaskan
juga bahwa
penggunaan BIM dalam sektor
konstruksi (terutama bidang cipta karya) telah memiliki regulasi
yang jelas,
yaitu UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi pada Pasal 5 Ayat 5, serta
Peraturan Menteri PUPR No. 22 Tahun 2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Beberapa proyek yang
telah dikerjakan
dengan menggunakan BIM, antara lain Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno, Renovasi
dan Pengembangan Stadion Manahan Solo, Pembangunan Pasar Atas Bukit Tinggi, Pembangunan
Arena Aquatic Papua, serta Pembangunan Istora Papua Bangkit.
Pada sesi
selanjutnya,
Nurkhalid Widyapraja Mirza, BIM Manager PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. menjelaskan pengalaman perusahaan pelat merah itu menggunakan BIM dalam pekerjaan Renovasi dan
Pengembangan Stadion Manahan Solo.
“Penggunaan BIM dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang umumnya dihadapi proyek, seperti efisiensi
pekerjaan yang rendah, data yang tidak tertata dengan baik, buck passing, serta pengambilan
keputusan yang berdasar pengalaman. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam
proyek Pekerjaan Renovasi dan Pengembangan Stadion Manahan Solo adalah tidak
adanya dokumen as-built drawing.
Permasalahan ini kemudian dapat teratasi dengan baik berkat bantuan teknologi
berbasis BIM,
yaitu fotogrametri serta laser scanning
untuk mendapatkan model kondisi eksisting secara cepat dan akurat”, ujarnya.
Selanjutnya dalam
sesi tanya jawab, kedua pembicara
tersebut menekankan kepada audience
bahwa
BIM bukan sekedar
software,
tetapi sebuah proses atau platform
yang dapat terdiri dari banyak software
terintegrasi menjadi satu kesatuan sehingga tidak akan ada lagi perbedaan data dan informasi antara pihak-pihak
yang terlibat dalam sebuah proyek,
baik dari pihak owner, konsultan
perencana, kontraktor pelaksana, konsultan pengawas, bahkan hingga lembaga pengawas eksternal, seperti BPKP dan BPK. (mss)