Kementerian PUPR memiliki impian untuk bisa menerapkan BIM di dalam pembangunan infrastruktur. Untuk menuju ke sana tentu bukan hal yang mudah, namun bukan hal yang mustahil juga. Penguatan dari internal dan eksternal para stakeholder infrastruktur harus terus ditingkatkan. Dalam rangka memperkuat lini ASN Kementerian PUPR dan kalangan akademisi, Balai Penerapan Teknologi Konstruksi (BPTK) Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mengadakan Pelatihan Training of Trainers (ToT) Building Information Modelling (BIM) selama 4 hari mulai dari tanggal 29 Januari 2019 s/d 1 Februari 2019 di Balai Diklat PUPR Wilayah III Jakarta.
Pelatihan dibuka oleh Cakra Negara
selaku Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi (BPTK) dan didampingi oleh Fauzan
Saidal selaku narasumber atau instruktur pelatihan Training of Trainers (ToT) Building
Information Modelling (BIM) dari Trimble Solution Indonesia sebagai
pemegang merek Tekla. Dalam sambutannya, Kepala BPTK menyatakan bahwa sejak tahun 2014 ada kesadaran bahwa
kualitas dan kuantitas tenaga ahli konstruksi di Indonesia masih belum
mencukupi. BIM sudah digunakan oleh Negara-negara persemakmuran sejak tahun
2005, sedangkan di Indonesia baru dimulai sosialisasi dan penyebarluasan BIM
pada tahun 2015.
Pelatihan ToT BIM ini dimaksudkan untuk melatih instruktur mengenai salah
satu produk BIM, yaitu Tekla Structures
baik untuk internal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
maupun untuk mitra lainnya (konsultan perencana, kontraktor pelaksana, dan
perguruan tinggi). Kedepannya trend
di dunia konstruksi Indonesia akan menjadi digital
construction, dimana salah satu ciri-cirinya adalah penggunaan bantuan software Building Information Modelling (BIM) dalam siklus proyek.
BIM terdiri dari beberapa Level of Development/Detail (LoD),
dimana masing-masing software dapat
berbeda-beda nilai LoD yang dimilikinya. Hal ini akan menjadi krusial ketika
melakukan transfer data (import/export)
antar kedua software BIM yang
berlainan tersebut. Untuk memudahkan data
compatibility antar software BIM
yang ada di pasaran, dibuatlah suatu format seragam yang memungkinkan transfer
data berupa IFC (Industry Foundation
Class). IFC dibuat oleh asosiasi software
BIM yaitu BuildingSMART.
Salah satu ciri-ciri suatu software pemodelan termasuk merupakan
BIM adalah model yang dibangun dalam program tersebut harus constructable, tidak hanya conceptable. Constructable berarti model yang dibangun benar-benar menampilkan
segala informasi yang dibutuhkan dalam satu siklus proyek (mulai dari tampilan
visual 3D, atribut/properties dari
elemen-elemen yang ada, serta segala perubahan yang dilakukan pada satu elemen
dapat berdampak secara menyeluruh). Sedangkan conceptable hanya menampilkan visual 3D tanpa menunjukkan atribut/properties dari elemen-elemen yang ada.
Peserta pelatihan juga diberikan
penjelasan mengenai proses input data
dalam program Tekla dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui design format dan design drawing. Program Tekla Structures
saat ini sudah kompatibel dengan program perencanaan struktur seperti SAP2000,
sehingga memungkinkan transfer data (import/export)
antar kedua software yang lebih
mudah.
Program Tekla Structures menggunakan standar baku material (Environment) yang dapat dipilih berdasarkan region. Dalam hal ini untuk penggunaan di Indonesia menggunakan Environment: South-East Asia karena
Tekla belum memiliki standar baku material sendiri khusus untuk Indonesia.
Perihal SNI, saat ini belum dapat
diperhitungkan dalam Tekla Structures
karena belum dijadikan standar baku material (Environment) di dalam program. Namun di masa yang akan datang, SNI
tentu merupakan salah satu poin yang penting untuk dimasukkan karena merupakan
dasar dari penggunaan suatu material.
Pelatihan ini diharapkan mampu
mendukung Tim BIM PUPR dalam usaha implementasi BIM. Dengan sinergi yang baik
tentu percepatan pemanfaatan BIM pada infrastruktur bisa segera direalisasikan.
(gal)