BIM untuk Menjawab Tantangan Pengembangan Infrastruktur Indonesia Era Industri 4.027 November 2018 | Dibaca 4505 kali

Teknik sipil telah berkontribusi terhadap dunia konstruksi dan terbukti meningkatkan kualitas hidup secara global. Tantangan pembangunan selanjutnya adalah bagaimana mewujudkan pembangungan yang berkelanjutan serta dapat berkolaboransi dengan inovasi dan teknologi yang berkembang di sektor publik, swasta, dan akademik. Oleh karena itu, masyarakat teknik sipil akan menjadi lebih sadar akan masalah sosial, kesehatan, lingkungan dan ekonomi.

Untuk mendukung inovasi dalam teknik sipil dan integrasi di antara para pemangku kepentingan pembangunan infrastruktur, Institut Teknologi Bandung bekerja sama dengan Universiti Teknologi Petronas Malaysia menghelat The Second Conference for Civil Engineering Research Networks (ConCERN-2) 2018 yang mengundang stakeholders dari sektor akademik, pemerintah, maupun industri swasta pada 27-29 November 2018 di Bandung.

Acara dibuka oleh Bimo W. Sumardi selaku ketua pelaksana acara ConCERN-2 yang mengungkapkan harapannya agar acara ini menjadi wadah yang menghasilkan ide-ide baru ataupun bentuk kerja sama penelitian, baik itu dengan ITB maupun dengan sesama akademisi lainnya. Berikutnya, Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB Ade Sjafruddin juga menyampaikan sambutannya. Ade menyampaikan bahwa sebagai fakultas tertua di ITB, Fakultas TSL dengan bangga mengadakan ConCERN-2 sebagai media bagi semua perihal perkembangan dunia teknik sipil, khususnya mendukung pembangunan di Indonesia.

Pada event tersebut, turut hadir juga Sekretaris Balitbang Herry Vaza yang menyampaikan keynote speech mewakili Dirjen Cipta Karya Danis H. Sumadilaga. Herry membuka pidatonya dengan mengungkapkan bahwa dibawah pemerintahan Presiden Jokowi, infrastruktur memang mendapatkan momentum perkembangan yang sangat pesat.

Hal ini juga membuat Kementerian PUPR sebagai ujung tombak pembangunan infrastruktur semakin dituntut bekerja lebih keras, lebih cepat, dan bertindak lebih tepat. Karena seperti yang kita tahu, pembangunan infrastruktur yang kami sediakan adalah mulai dari skala rumahan hingga yang skala nasional. Dan yang juga terpenting adalah kami harus melaksanakannya dengan zero mistake. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, kami juga tentunya membutuhkan berbagai inovasi untuk mengakselerasi percepatan pembangunan infrastruktur. Salah satu inovasi yang patut diperhatikan dan semakin masif sekarang adalah Building Information Modeling (BIM). Keberadaan BIM di era jelang Indonesia 4.0 adalah hal yang mutlak. Karena dengan BIM kita bisa merancang sebuah infrastruktur bahkan hingga fase facility management,” tandas Herry.

Selanjutnya, Herry juga mengungkapkan bahwa sebagai regulator, Kementerian PUPR terus berupaya untuk melakukan hal yang dirasa penting untuk dilakukan sebagai usaha mengakselerasi penerapan BIM pada proyek infrastruktur.

“Pertama adalah membuat regulasi yang mewajibkan penyedia jasa untuk menyertakan BIM model saat proses lelang jasa konstruksi yang dilakukan oleh Kementerian PUPR. Lalu kami juga akan menyediakan digital platform berisi big data BIM yang dapat diakses oleh seluruh stakeholders seperti perencana, penyedia jasa, maupun owners. Kemudian standardisasi komponen-komponen konstruksi, serta yang terakhir mendorong kerja sama dengan penyedia software BIM agar ada pricing policy bagi penyedia jasa yang akan menggunakan BIM,” tutup Herry.

Setelah Herry, acara dilanjutkan dengan paparan dari ER Lee Chuan Seng. Beliau merupakan sosok yang berpengalaman memimpin beberapa komite industri di Singapura. Kini, ER Lee memangku jabatan sebagai BCA Industry Steering Committee for Building Information Modelling (BIM), yang bertugas untuk mendukung implementasi teknologi BIM secara lebih masif.

“Seperti yang telah disampaikan oleh Dr. Herry Vaza, BIM dapat menurunkan risiko reworks pada suatu pekerjaan infrastruktur. Melihat betapa pentingnya impelementasi BIM, pemerintah Singapura  secara rutin menggelar Construction Productivity Week setiap tahunnya. Event tersebut kini telah menjelma menjadi ajang untuk diseminasi metode-metode mutakhir dalam konstruksi, berbagi pengalaman dan success stories, dan lain sebagainya sebagai apresiasi kami terhadap stakeholder yang peduli dengan kemajuan konstruksi di sana,” tandas ER Lee.

Acara ConCERN-2 2018 sendiri berlangsung selama tiga hari dimana pada hari kedua akan dilaksanakan kelas paralel berisi paparan dari akademisi yang berkecimpung di dunia teknik sipil. Sedangkan pada hari ketiga, para peserta diajak untuk berkunjung ke proyek High-Speed Railway (HSR) di Walini. Di sana, peserta akan melakukan diskusi dengan KCIC sebagai perusahaan konsorsium Indonesia-China yang merupakan penanggung jawab proyek. (gal)